Rabu, 17 Mei 2017

 This video make me cry every i watch it, tears falling down my cheeks.

Lagu ini merupakan jeritan anak-anak di Suriah- Palestina yang kehilangan masa kecilnya. Keluarga, masa depan, dan kebahagiaan mereka direnggut oleh para penguasa serakah yang haus kekuasaan dan ingin menghancurkan umat muslim. Sungguh miris. Bahkan dunia pun seolah menutup mata terhadap kebiadaban mereka. Semua hanya menonton. Semua hanya melihat. Dan anak-anak tak berdosa itu terus dihabisi.

 

Atouna El Toufouli (Give Us Childhood)

Jeena N’ayedkon
Bel-Eid Mnes’alkon
Lesh Ma Fee ‘Enna
La ‘Ayyad Wala Zeineh

Ya ‘Alam
Ardhi Mahroo’a
Ardhi Huriyyeh Masroo’a

Samana ‘Am Tehlam
‘Am Tes’al El-Ayam
Wein Esh-Shames El-Helwe
W-Rfouf El-Hamam

Ya ‘Alam
Ardhi Mahroo’a
Ardhi Huriyyeh Masroo’a

Ardhi Zgheere
Metli Zgheere
Redoulha Es-Salam ...
‘Atouna Et-Tufoole

A’touna Et-Tufoole
A’touna Et-Tufoole
A’touna Et-Tufoole
A’touna … ‘Atouna …
‘Atouna Es-Salam

I am a child
With something to say
Please listen to me
I am a child
Who wants to play
Why don't you let me

My doors are waiting
My friends are praying
Small hearts are begging
Give us a chance
Give us a chance

Give us a chance
Give us a chance
Give us a chance
Please
Please
Give us a chance

**

Rabu, 03 Mei 2017

Apa Ketakutan Terbesarmu?

Source: Alexas_Fotos

Everybody have a frightened. Setiap kita pasti memiliki rasa takut. Entah itu takut dengan binatang, kecoa? tikus? ular? Takut matahari (takut item)? Ataukah hantu? Whatever it is, semua orang tentu akan menghindari objek yang ditakutinya. Begitupun denganku.

Apa yang kutakuti? Aku rasa aku takut dengan manusia. You can say im a "antisocial". Aku membenci keramaian. Namun bukan berarti aku tidak bisa bergaul. Entah bagaimana dengan jiwa penakut ini, aku selalu berhasil memperoleh teman. 

Menurut mereka, aku adalah sosok yang lucu, polos dan egois. Mungkin juga sombong. Aku tahu bahwa menjalin hubungan denganku tidaklah mudah. Mereka yang mau menerimaku, sungguh sebenarnya aku sangat berterimakasih. Walaupun aku tak lagi bicara dengan mereka, namun kenangan tentang mereka masih kuingat dengan jelas. Tiap tawa, tangis dan senyum akan kujaga rapat-rapat.

Kini temanku tak lagi sebanyak dulu. Satu persatu dari mereka mulai melupakanku. Bukan salah mereka. Tapi ini memang keputusanku untuk menghilang dari kehidupan mereka. Karena aku terlalu takut. Takut untuk kembali mengintip dunia luar.

Hari silih berganti hari, aku menghabiskan waktu hanya duduk di depan layar komputer. Menulis, itulah pekerjaanku. Setelah aku lulus S1, aku terserat dalam takdir menjadi seorang freelance content writer. Ya, dan akupun tampaknya menikmati hal itu. Sebab dengan bekerja di rumah, aku tak perlu lagi menatap mata orang lain. Aku tak perlu lagi merasa malu ataupun minder.

**

Aku takut dengan manusia bukanlah sifatku semenjak kecil. Dulu, aku sosok yang sangatlah berani. Namun semakin tubuh ini berkembang, rasa takut semakin tumbuh dalam lubuk jiwaku.

Bagaimana bisa itu muncul? Aku rasa sifat tersebut muncul dari sebuah kenangan usang yang menumpuk dibalik senyum bibirku. Jika engkau membukanya pastilah akan kau temukan kabut hitam yang diliputi deru amarah dan dendam. It's so scary, but you dont have to open it.

If you wanna know, i just share one of my memories. Tepatnya 1 tahun lalu. Ketika aku berada di sebuah gedung nan luas yang dipenuhi oleh lautan manusia berpakaian necis. Disana aku berdiri sendirian sambil membawa puluhan map lamaran pekerjaan. Aku mencoba memberikan map itu dari satu stand ke stand lainnya.

Entah bagaimana, entah mengapa, saat aku berhenti di salah stand, sang penjaga meja (yang tampaknya seorang HRD) menanyakan suatu perkara kepadaku. Pertanyaan yang tak berkaitan dengan pekerjaan. Pertanyaan yang menurutku seperti nyinyir. Ia bertanya, hingga pada akhirnya semua orang beralih menatap tajam kearahku.

Dia-Si HRD- semakin tertawa keras. Diikuti oleh lantunan gelak tawa dari sekelilingku. Mereka semua mentertawaiku. Tepat didepanku. Dan aku hanya bisa berdiam diri. Mencoba melebarkan bibir dengan muka tertunduk lesu.


~**~

Sabtu, 04 Februari 2017

Sebuah Cerita "Bahkan Tuhan pun menyebutnya Malaikat"



Ingatkah engkau, sewaktu dirimu masih berada dalam kandungan? Tak ada cahaya, tak hidangan makanan mewah, tak ada uang, tak ada teman. Tapi engkau tetap bisa bertahan. Selama 9 bulan, Allah dan para malaikatnya telah menjagamu dengan baik. Menjamin segala kebutuhanmu sehingga engkau bisa hidup walau dalam selubung kecil berisi cairan.


Semua berjalan sempurna. Hingga tiba detik-detik menjelang engkau dilahirkan ke dunia, mendadak engkau menjadi takut. Dan kau pun mulai memberanikan diri bertanya kepada Sang Maha Esa,


“Ya Allah, aku dengar para malaikat berkata bahwa besok aku akan keluar dari Alam kandungan dan menemui alam baru bernama “dunia”. Aku takut, bagaimana nanti aku hidup disana? Tubuhku sangat kecil dan lemah.”


Tuhan: “Tak perlu khawatir, karena Aku telah memilihkan satu malaikat untukmu. Dialah yang akan menjaga, merawat, dan menyayangimu.”


“Tapi, aku lebih senang tinggal di surga ini. Setiap hari aku bernyanyi, tertawa, dan berbahagia.”


Tuhan: “Kelak malaikatmu yang akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Engkau akan merasakan kebahagiaan dan kehangatan cinta bersamanya.”


“Bagaimana jika aku merindukan-Mu dan ingin berbicara dengan-Mu?


Tuhan: “Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara berdoa.” 


“Aku dengar, di dunia banyak orang jahat. Aku takut, siapa yang akan melindungiku?”


Tuhan: “Malaikatmu yang akan melindungimu, bahkan dengan taruhan jiwa raganya.”


“Tetap saja, aku akan bersedih karena tak bisa melihat Engkau lagi


Tuhan: “ Malaikatmu akan menceritakan tentang Aku kepadamu. Ia akan mengajarkan padamu bagaimana cara untuk bertemu dengan-Ku, walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu.


Untuk sesaat engkau pun terdiam. Suasana surga menjadi begitu tenang, hingga suara-suara dari bumi dapat terdengar. Lalu, teruntuk terakhir kalinya, engkau kembali bertanya kepada Allah SWT.


“Ya Allah, jika memang sekarang aku harus lahir ke dunia, bisakah Engaku memberitahuku siapa nama malaikat yang Kau pilihkan untukku?


Tuhan: “Kamu bisa memanggilnya dengan sebutan “Ma-Ma”


Mama, Mama, Mama.....Dialah Sang Malaikat tak bersayap yang akan menjagamu hingga akhir hayatnya.

FYI: Kisah  diata sebuah cerita bijak untuk dijadikan renungan bagi kita semua.

Pic: Alexa_fotox

Rabu, 04 Januari 2017

Tentang Kamu

Tentang Kamu,
Sosok yang menyisipkan rindu lewat sayup - sayup malam
.
.
Dimanakah gerangan dirimu kini?
Kamu yang dulu hadir di kala jiwaku kelam,
Menyeruakan semangat di saat ku berkeluh peluh,
Senantiasa menemani, tiada bergeming
Membisikan mantra penenang, mentreramkan

Entah bagaimana bayangmu menjejak pikiranku
Ku teringat masa, dimana kita saling bertukar rasa yang terpendam
Menghabiskan seribu satu malam bersama
Menyelami keheningan petang hingga mentari menyapa
.
.
Kini waktu telah menenggelamkan kenangan
Terkikis oleh suratan takdir yang tak dapat dilawan
Ragamu semakin menjauh
Dan ku pun tulus merela

Sajak ini, anggap saja sekedar luapan rinduku
Bukan maksud tuk mengusikmu
Hanya ingin bercerita tentang rasa,
Tentang kamu

Senin, 09 Mei 2016

-Seandainya-

Pikiranku berandai-andai, mencari sesuatu yang tiada
Dimana jerat tak lagi mengikat
Tangis tak lagi berkawan
Dan sepi musnah, menyisakan kehangatan

Aku masih berandai...
berimajinasi membayangkan sesuatu yang nyaris mustahil
Lamunanku ini tak ubahnya seperti rentetan dongeng,
Manis..tapi hanyalah fiktif



Seandainya...........
Seandainya..........
Sendainya...........

Lelah aku tuk berandai
Tapi pikiranku masih liar mencari sebuah pengandaian
Berharap menemukan jawaban dari angan nan semu

Hingga aku benar-benar mengerti,
Hingga aku benar-benar tersadar
Hingga aku sanggup menerima kenyataan..akan 'Seandainya' yang tetap menjadi 'Pengandaian'
....